1. 1. Latar Belakang
Dengan
mempertimbangkan tren perkembangan populasi, kesejahteraan masyarakat
serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi maka akan terjadi
peningkatan kebutuhan terhadap tanaman hortikultura, khususnya
buah-buahan. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan
perlu mendapat perhatian adalah tanaman melon (Cucumis melo L.).
Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang
mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya
dalam peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan
perluasan kesempatan kerja.
Melon
kini berkembang sebagai komoditas agribisnis. Melon memiliki nilai
ekonomi dan prospek yang cukup besar dalam pemasarannya namun
memerlukan penanganan intensif dalam budidayanya. Komoditas ini diminati
oleh masyarakat dan mempunyai harga yang relatif tinggi baik untuk
pasar domestik maupun ekspor.
Sampai
saat ini untuk memenuhi kebutuhan akan melon bagi masyarakat Palangka
Raya masih harus didatangkan dari luar kota. Jika melihat potensi lahan
yang tersedia di kota Palangka Raya dan sekitarnya, sangat
memungkinkan untuk budidaya tanaman melon. Namun demikian,
karena
tanaman melon masih tergolong jenis tanaman yang relatif baru
menyebabkan pengetahuan petani tentang teknik budidaya melon yang baik
dan benar masih terbatas sehingga masih sangat sedikit petani yang
mengusahakan tanaman ini.
Wilayah
kota Palangka Raya dan sekitarnya memiliki beberapa jenis tanah. Salah
satu jenis tanah yang banyak terdapat di kawasan tersebut adalah lahan
gambut. Dengan penerapan teknologi budidaya, lahan gambut yang relatif
dekat perkotaan atau memiliki akses yang baik, berpotensi untuk
dikelola menjadi lahan yang produktif untuk budidaya tanaman buah
semusim yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti melon.
Bertani
di lahan gambut harus dilakukan secara hati-hati karena menghadapi
banyak kendala antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang
bervariasi, penurunan permukaan gambut, rendahnya daya tumpu, rendahnya
kesuburan tanah, dan pH yang sangat masam. Selama ini, untuk mengatasi
kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan pemberian abu
bakaran gambut, kapur dan pemberian pupuk kimia. Penggunaan abu bakaran
gambut sebagai amelioran sangat tidak dianjurkan karena jika dilakukan
terus menerus gambut akan menipis sehingga fungsi gambut sebagai
pengatur air/hidrologi, sarana konservasi keanekaragaman hayati serta
sebagai penyerap dan penyimpan karbon yang mampu meredam
perubahan
iklim global akan berkurang. Dari hasil-hasil penelitian disimpulkan
bahwa salah satu kegiatan pertanian yang memberikan kontribusi yang
nyata bagi rusaknya ekosistem gambut adalah kegiatan pembukaan lahan
gambut dengan cara bakar. Pembukaan lahan gambut dengan cara bakar,
menjadi faktor penyebab kerusakan lahan gambut yang cukup signifikan.
Selain
itu, pemakaian pupuk kimia dengan dosis tinggi secara terus menerus
dapat merusak struktur tanah dan menimbulkan pencemaran, baik terhadap
lahan pertanian maupun lingkungan, sehingga menyebabkan produktivitas
lahan semakin merosot. Pertanian yang hanya bertumpu pada pemakaian
pupuk kimia, selain memberikan dampak positif terhadap peningkatan
produksi, juga memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas
tanah serta pemborosan energi. Dalam era lingkungan dan globalisasi,
orientasi pengembangan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi
secara berkelanjutan (mempertahankan kualitas lahan dan lingkungan)
denga cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumberdaya alami
seperti mendaur ulang limbah pertanian sehingga pemakaian pupuk kimia
dapat dikurangi.
Alternatif
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan lahan gambut serta
menghindarkan dampak negatif penggunaan abu bakaran gambut dan pupuk
kimia antara lain dengan memadukan penggunaan
limbah-limbah pertanian sebagai amelioran dan penanaman varietas-varietas adaftif serta pemanfaatan pupuk organik.
Bertitik
tolak dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
budidaya tanaman melon di lahan gambut dengan teknik budidaya inovatif,
yaitu memadukan beberapa teknik budidaya ramah lingkungan seperti
pembukaan lahan tanpa bakar, pengolahan tanah minimum (minimum
tillage), pemanfaatan gambut hanya sebagai sarana pendukung atau sebagai
wadah/pot bagi tanaman, pemanfaatan limbah pertanian seperti abu
serbuk gergaji dan pupuk kandang sebagai amelioran sehingga dapat
mengurangi penggunaan kapur, pemberian amelioran hanya pada lubang
tanam untuk efisiensi dan penggunaan pupuk organik padat (POP) untuk
mengurangi pemakaian pupuk anorganik serta menananam varietas adaptif.
1. 2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari kegiatan pengembangan tanaman melon di lahan gambut adalah :
(1)
Mencari alternatif pemanfaatan lahan gambut tidur yang berada di sisi
–sisi jalan menjadi lahan produktif sehingga mengurangi tingkat
kebakaran lahan.
(2) Memberikan contoh kepada masyarakat lokal tentang budidaya melon ramah lingkungan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Mendukung program pemerintah dalam upaya melaksanakan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan.
b.
Memotivasi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan gambut menjadi lahan
yang produktif dengan mengusahakan tanaman bernilai ekonomis tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan Berdasarkam
hasil uji coba yang telah diuraikan, disimpulkan bahwa dalam upaya
pengembangan budidaya tanaman melon pada lahan gambut melalui penerapan
sistem pertanian berwawasan lingkungan maka sistem budidaya inovatif,
yaitu sistem budidaya yang menggunakan tanah gambut hanya sebagai
sarana pendukung atau sebagai wadah berpengaruh positf bagi pertumbuhan
dan hasil tanaman melon varietas Action 434. Hal itu didukung oleh
berbagai hal sebagaimana tercantum dalam butir-butir di bawah ini. 1.
Abu serbuk gergaji dan pupuk organik padat Powernasa secara sinergis
dapat meningkatkan panjang tanaman dan bobot buah per tanaman. Panjang
tanaman terpanjang dan bobot buah terberat diperoleh pada pemberian abu
serbuk gergaji dengan dosis 22,5 ton ha-1 dan pemberian pupuk organik
padat Supernasa dengan dosis 15 kg ha-1, masing-masing 149,0 cm dan
1166,7 g per tanaman. 2. Dosis pupuk kalium dan pupuk organik padat
Powernasa yang memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik masing-masing
adalah 250 kg ha-1 dan 15 kg ha-1 menghasilkan panjang tanaman 135,3
cm dan bobot buah 1530,0 g per tanaman.
3.
Varietas Action 434 mempunyai daya adaptasi yang lebih baik
dibandingkan dengan varietas Mai 116 dan Ladika. Jenis mulsa yang
berpengaruh positif bagi pertumbuhan dan hasil tanaman melon adalah
mulsa plastik perak.
4.
Pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N, P, K yang
diberikan bervariasi dosis secara sinergis dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Dosis pupuk organik padat Supernasa
dan kombinasi pupuk N, P, K yang memberikan hasil tertinggi masing
masing 10 kg ha-1 dan kombinasi N, P, K (250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl) dengan bobot buah 2733,3 g per tanaman.
5.
Pemberian pupuk kotoran ayam bersama pupuk organik padat Supernasa
memberikan pengaruh positif terhadap panjang tanaman dan bobot buah per
tanaman. Bobot buah terberat diperoleh pada pemberian pupuk kotoran
ayam dengan dosis 22,5 ton ha-1 dan pemberian pupuk organik padat Supernasa 10 kg ha-1, yaitu 2650,0 g per tanaman.
6.
Bobot buah per tanaman yang diperoleh pada uji coba menggunakan sistem
tanam dengan bedengan belum mampu mencapai potensi rata-rata varietas
yang diuji cobakan. Varietas Ladika memiliki potensi rata-rata 1800 –
2000 g, Mai 116 rata-rata 2500 g, dan varietas Action 434
memilki
potensi rata-rata 2000 – 2500 g. Bobot buah terberat yang diperoleh
pada sistem bedengan hanya 1530,0 g. Sedangkan bobot buah terberat yang
diperoleh pada uji coba menggunakan sistem budidaya inovatif sudah
mampu mencapai rata-rata potensi hasil varietas Action 434, yaitu
2650,0 g dan 2733,3 g.
5.2. Saran
1.
Untuk pengembangan tanaman melon di lahan gambut, dianjurkan
menerapkan sistem budidaya inovatif dengan menggunakan varietas Action
434 bersama pemberian pupuk kotoran ayam, pupuk organik padat Supernasa
dan kombinasi pupuk N,P,K dengan dosis masing-masing 22,5 ton ha-1, 10 kg ha-1, dan kombinasi N, P, K (250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl).
2.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai
seberapa lama pengaruh residu amelioran yang diberikan dapat mendukung
pertumbuhan dan hasil tanaman melon di lahan gambut.
3.
Untuk meningkatkan kualitas pupuk kotoran ayam sebagai sumber bahan
organik dapat dilakukan melalui pengomposan dengan menambahkan sumber
bahan organik lain dan bahan campuran lainnya.
memilki
potensi rata-rata 2000 – 2500 g. Bobot buah terberat yang diperoleh
pada sistem bedengan hanya 1530,0 g. Sedangkan bobot buah terberat yang
diperoleh pada uji coba menggunakan sistem budidaya inovatif sudah
mampu mencapai rata-rata potensi hasil varietas Action 434, yaitu
2650,0 g dan 2733,3 g. 5.2. Saran 1. Untuk pengembangan tanaman
melon di lahan gambut, dianjurkan menerapkan sistem budidaya inovatif
dengan menggunakan varietas Action 434 bersama pemberian pupuk kotoran
ayam, pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N,P,K dengan
dosis masing-masing 22,5 ton ha-1, 10 kg ha-1, dan kombinasi N, P, K
(250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl). 2. Penelitian
lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa lama
pengaruh residu amelioran yang diberikan dapat mendukung pertumbuhan
dan hasil tanaman melon di lahan gambut. 3. Untuk meningkatkan kualitas
pupuk kotoran ayam sebagai sumber bahan organik dapat dilakukan
melalui pengomposan dengan menambahkan sumber bahan organik lain dan
bahan campuran lainnya.